Sunday 14 August 2011

KITA INI PALING MENAKJUBKAN BILA ....



Suatu saat Nabi Muhammad bertanya pada para Sahabat dan pengikutnya, “Wahai Manusia , siapakah makhluk Allah yang imannya paling menakjubkan (man a’jabul khalqi imanan)?”

Para sahabat langsung menjawab, “Malaikat … !”.

Nabi menukas, “Bagaimana mungkin para malaikat tidak berimaan sedangkan mereka pelaksana perintah Allah …?”

Sahabat menjawab lagi, “Kalau begitu, para Nabilah yang imannya paling menakjubkan …!”.

“Bagaimana mungkin para Nabi tidak beriman, sedangkan wahyu turun kepada mereka ..!”, Sahut Nabi.

Untuk ketiga kalinya para Sahabat mencoba untuk memberikan jawaban, “ Kalau begitu sahabat-sahabatmu ya Rasul..!”.

Nabi pun menolak jawaban itu dengan berkata, “Bagaimana mungkin sahabat-sahabatku tidak beriman, sedangkan mereka menyaksikan sendiri apa yang mereka saksikan”.

Nabi pun lalu meneruskan kalimatnya, “ Orang yang imannya paling menakjubkan adalah kaum yang akan datang sesudah kalian.
Mereka beriman kepadaku walaupun mereka tidak melihatku.
Mereka membenarkan aku tanpa pernah melihatku.
Mereka amalkan apa yang ada dalam tulisan itu(Quran dan Hadits?).
Mereka bela aku seperti kalian membela aku.
Alangkah ingin berjumpanya aku dengan ikhwanku itu”.

Nabi Muhammad SAW menghibur kita, “Berbahagialah orang yang melihatku dan beriman kepadaku,” Nabi mengucapkan kalimat ini satu kali.
Sedangkan konon Nabi mengucapkan kalimat, “Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihat diriku”, sampai tujuh kali.





Februari 2010
http://wirausahapesantren.blogspot.com/2010/02/kita-ini-paling-menakjubkan-bila.html

Friday 12 August 2011

INDAHNYA HIDUP BERSAMA ALLAH



Sekembalinya Nabi SAW dari bumi Thaif. Berteduh Nabi SAW sebentar di bawah pohon anggur. Di dalam kebun milik Utbah dan Syaibah. Kesedihan jelas terpapar pada wajah Nabi SAW setelah dicerca dan dilontar batu oleh penduduk bumi Thaif. Utbah dan Syaibah memasang telinga mendengar pengaduan hebat dari seorang Rasul kepada RabbNya. Rintihan yang dipohonkan oleh Nabi SAW membuatkan kekafiran Utbah dan Syaibah tersebut juga lentur sehingga menyuruh khadamnya Addas untuk memberi anggur kepada Nabi SAW sebagai penghilang kelaparan.
“Ya Allah… Kepadamu aku mengadukan kelemahan kekuatanku,
Dan sedikitnya kemampuanku,
Serta kehinaanku dihadapan manusia.
Wahai Sebaik-baik pemberi kasih sayang,
Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Engkau adalah Tuhanku.
Kepada siapakah Engkau serahkan diriku,
Kepada orang yang jauh yang menggangguku,
Atau kepada musuh yang akan menguasai urusanku,
Asalkan Engkau tidak marah padaku maka tiadalah keberatan bagiku,
Akan tetapi kemurahan-Mu jauh lebih luas bagiku.
Aku berlindung dengan Cahaya Wajahmu yang akan menerangi seluruh kegelapan,
Dan yang akan memberikan kebaikan segala urusan dunia dan akhirat,
Untuk melepaskan aku dari Marah-Mu,
Atau menghilangkan Murka-Mu dariku.
Hanya pada-Mu aku merintih berharap mendapatkan Keridloan-Mu,
Dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Mu
(Rujuk Raheeq al-Makhtum, Syeikh Safiyurrahman al-Mubarakfuri)
Perhatikanlah kehebatan tawakkal Nabi SAW. Lembaran hidup beliau menunjukkan pada kita bagaimana bagindan bertawakkal. Ketika Baginda di puncak penghinaan dan penolakan di Mekah. Diragut dengan pemergian dua orang pembelanya iaitu Abi Thalib dan isteri tercinta Khadijah dalam tahun yang sama. Sehingga tercatat lembaran sejarah memberi jolokan inilah tahun duka cita bagi Nabi SAW. Namun kedukaan ini tidak menggambarkan hilangnya rasa keseorangan di hati Nabi SAW. Kepada Allah dijadikan teman.
Khadijah dan Abi Thalib diwafatkan, agar Nabi SAW semakin tergantung hanya kepada Allah SWT. Terkadang, begitu cintanya Allah kepada kita, ia mengambil semua “sebab” yang telah kita terbiasa dengannya. Seolah-olah Allah ingin mengatakan kepada kita , “Wahai hambaKu, Aku ingin engkau datang dan berlindung hanya kepadaKu”. Ketika kita menyangka semua jalan sudah tertutup, lalu Allah menginginkan kita kembali padaNya hingga kita mengetahui Dia itu al-Wakil.
Lantaran itu doa yang sering dituturkan Nabi SAW menggoncangkan hati umatnya dalam meletakkan Allah SWT sebagai pelindung. “ Ya Allah, jangan Kau tinggalkan aku untuk diriku walau sekelip mata atau yang lebih sedikit dari itu. Kerana jika Engkau meninggalkanku, maka Kau tinggalkan aku dalam kelemahan, aurat dan kesilapan. Dan aku tidak percaya kecuali pada rahmatMu.” ( HR al-Baihaqi)
Penyerahan sebulat hati walau sekelumit kerdipan mata. Itulah tawakkalnya seorang Rasul. Di sisi lain Allah “cemburu” pada hati manusia. Allah mencintai kalau hati seorang hamba terkait denganNya sendirian ketika ia dalam kondisi taat. Tetapi kadang hamba itu disibukkan dengan urusan dunia. Lalu Allah mengambil dunianya tersebut agar ia hanya disibukkan dengan Allah semata-mata.
Lihatlah peristiwa Nabi Ibrahim AS. Ketika ia tertarik dengan kehadiran anak baru iaitu Ismail AS. Allah mengambil Ismail dari tangannya. Dia memerintahkan Ismail disembelih. Namun tatkala di hati Ibrahim hanya terdapat Allah sebagai pemilik cintanya, maka digantikan kibas sebagai galang ganti hadiah pengorbanan beliau.
Nabi Yaakub AS, dikurniakan seorang anak yang sangat comel iaitu Yusuf AS. Sehingga kecintaan kepada Yusuf AS memenuhi semua hidup dan hatinya. Maka Allah mengambil Yusuf AS selama dua puluh tahun, sehinggalah hatinya kembali dipenuhi cinta pada Allah. Lalu Allah pun mengembalikan Yusuf AS padanya semula.
Inilah dinamakan “cemburu” nya Allah. Cemburu Allah tidak sama seperti cemburunya makhluk. Diambilnya pendamping kita, untuk digantikan diriNya sebagai Maha Pelindung. Kefahaman inilah yang membuatkan Nabi SAW mendidik para sahabatnya dalam bertawakkal.
Kisah kegentaran Abu Bakar RA ketika di Gua Thur detik peristiwa Hijrah di rendangkan dengan pesanan mulia Nabi SAW , “Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”. Dada Ibn Abbas yang masih kecil ketika itu ditanam dengan pesanan Nabi SAW dengan sabdanya“Jagalah Allah, maka Dia akan menjagamu”. ( HR al-Tirmizi dan Ahmad)
Di manakah tahap kebergantungan kita pada Allah SWT. Ketika dihimpit dengan kesukaran. Ketika disaat hilangnya tali berpaut. Adakah kita mampu meneladani contoh terpilih yang sentiasa hidup kebersamaan disamping Allah . Sehingga mereka digelar kekasihNya. Tatkala pedang dihunus ke leher Baginda Nabi SAW, ditanya siapakah yang mampu menghalangimu. Lalu dijawab oleh Nabi SAW, hanya ALLAH penghalangmu. Membuatkan terjatuhnya pedang si musuh dengan jawapan betapa tingginya nilai kebergantungan kepada Allah SWT. Juga ketika mana manusia berbondong-bondong menahan keperitan kepanasan api yang setinggi bangunan yang disediakan bagi membakar Nabi Ibrahim AS. Mereka semua hanya berkata tiada lagi yang dapat membantu Nabi Ibrahim AS. Namun mereka terlupa. Siapakah yang paling hampir disisi hambaNya yang erat dalam kebersamaan. Lalu terpancar berulang-ulang dari bibir seorang Nabi, “ Cukuplah Allah bagiku, ( Dialah ) sebaik-baik tempat bersandar.”

JULAI 2011

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin